Islam edia - Segala puji hanya bagi Allah, shalawat dan salam atas sebaik-baik makhluk Allah; nabi Kita Muhammad saw beserta keluarga dan s...
Islamedia - Segala puji hanya bagi Allah, shalawat dan salam atas sebaik-baik makhluk Allah; nabi Kita Muhammad saw beserta keluarga dan sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya, selanjutnya…
Ketika orang-orang zhalim menjadi kuat dengan berbagai kekuatannya yang dimiliki, dan bergantung dengan ketergantungan yang berlebih kepada apa yang mereka miliki dan kepada berbagai perangkat yang mereka buat sendiri; namun bagi umat Islam, baik individu maupun jamaah… pemerintah maupun bangsa, dalam berbagai kondisi dan dimensinya, hanya bersimpuh pada kekuatan yang paling besar dan paling dahsyat… yaitu kekuatan Allah… karena sesungguhnya yang demikian itu adalah sebuah keniscayaan; yang teraktualisasi dalam beribadah kepada Allah dan bertawakal hanya kepada-Nya; baik dalam bentuk keyakinan, kerja dan perilaku…
فَاعْبُدْهُ وَتَوَكَّلْ عَلَيْهِ
“Karena itu beribadahlah kepada Allah dan bertawakal kepada-Nya” (Hud:123)..
Yaitu secara kongkret dan nyata; jauh dari slogan-slogan kosong dan manis di bibir saja… dengan itu pula, kita sangat membutuhkan untuk berinteraksi dengan Al-Qur’an al-karim, memahami makna dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, serta mengaktualisasikan segala kewajiban yang di dalamnya terdapat keselamatan dan kemenangan.
Al-Qur’an Al-Karim banyak menyebutkan perintah bertawakal yang disandingkan dengan ibadah; seperti firman Allah:
رَبُّ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ لا إِلَهَ إِلاَّ هُوَ فَاتَّخِذْهُ وَكِيلاً
“(Dia-lah) Tuhan masyrik dan Maghrib, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Maka ambillah Dia sebagai Pelindung”. (Al-Muzzammil:9)
Dan firman Allah:
قُلْ هُوَ الرَّحْمَنُ آمَنَّا بِهِ وَعَلَيْهِ تَوَكَّلْنَا
“Katakanlah: “Dia-lah Allah yang Maha Penyayang Kami beriman kepada-Nya dan kepada-Nya-lah Kami bertawakal. kelak kamu akan mengetahui siapakah yang berada dalam kesesatan yang nyata”. (Al-Mulk:29)
dan firman Allah:
اللَّهُ لا إِلَهَ إِلاَّ هُوَ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ
“(Dia-lah) Allah tidak ada Tuhan selain Dia. dan hendaklah orang-orang mukmin bertawakal kepada Allah saja”. (At-taghabun:13)
dan firman Allah:
وَمَا تَوْفِيقِي إِلاَّ بِاللَّهِ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ
“Dan tidak ada taufiq bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. hanya kepada Allah aku bertawakal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali”. (Huud:88)
dan firman Allah:
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
“Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan”. (Al-Fatihah:5)
dan firman Allah:
وَلِلَّهِ غَيْبُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَإِلَيْهِ يُرْجَعُ الْأَمْرُ كُلُّهُ فَاعْبُدْهُ وَتَوَكَّلْ عَلَيْهِ
“Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan kepada-Nya-lah dikembalikan urusan-urusan semuanya, Maka sembahlah Dia, dan bertawakallah kepada-Nya. dan sekali-kali Tuhanmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan”. (Huud:123)
Karena itu, ibadah dan tawakal adalah bagian dari agama yang diridhai Allah untuk kita, ayat-ayat di atas turun menggambarkan logika iman yang sebenarnya sebagaimana yang telah diturunkan ke dalam hati Rasulullah saw, dan sebagaimana yang seharusnya dimiliki oleh orang-orang yang beriman dengan risalahnya dan menegakkan dakwahnya, dan juga menggambarkan hakikat perseteruan antara seorang dai kepada yang al-haq dengan seluruh makhluk yang ada di muka bumi ini yang memiliki kekuatan yang berlawanan, dan pada saat yang bersamaan menggambarkan akan perasaan tsiqah, yakin dan tenang dalam hati orang yang beriman setelah adanya keseimbangan kekuatan ini secara benar.
Konsep dalam beribadah
Ibadah adalah sebuah tugas yang diberikan Allah kepada manusia, Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertaqwa”. (Al-Baqarah:21).
Kenapa demikian? Karena untuk itulah mereka di adakan dan karena itu pula mereka diciptakan? Allah juga berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. (Ad-dzariyat:56)
Dan ibadah tidak hanya melaksanakan perintah agama tanpa merasakan hidup dalam lingkungannya dan berinteraksi dalam nilai-nilai yang terkandung di dalamnya; namun yang dimaksud dengan ibadah adalah ibadah yang lebih luas dan mencakup berbagai bentuk pekerjaan; kecil dan besar yang seluruhnya hanya ditujukan untuk mendapat ridha dan ikhlas karena Allah, dan selanjutnya mencakup segala apa yang diwajibkan oleh Tuhan kita dan diridhai; baik ucapan, perbuatan, perasaan dan niat… adalah bagian dari ibadah dalam bentuk yang paling tinggi, dan karena itu pula segala kebiasaan dapat berubah menjadi ibadah ketika dilaksanakan dengan ikhlas karena Allah dan sesuai dengan syariat-Nya.
Dan ibadah tujuan yang paling mulia dalam manhaj Islam dengan berbagai cabang-cabangnya.. sistem pemerintahan, sistem ekonomi, undang-undang peradilan, undang-undang sipil, undang-undang keluarga, dan berbagai undang-undang yang terangkum dalam manhaj ini… merupakan realisasi dari makna Ibadah dalam kehidupan manusia.
Tidak ada kedudukan yang paling mulia, tidak ada jabatan yang paling tinggi dan tidak ada posisi yang terhormat kecuali menjadi hamba Allah seperti yang diinginkan dan diridhai-Nya. Karena itu, tunduk kepada Allah adalah merupakan puncak kemuliaan dan kebanggaan, patuh di hadapan Allah terhadap segala perintah-Nya adalah puncak kekuatan dan kebesaran, sementara takut terhadap kekuatan dan ancaman-Nya merupakan sumber ketenangan dan ketenteraman, sedangkan menangis karena takut kepada-Nya merupakan pembangkit keberanian, dan itu semua tidak akan terjadi kecuali karena Allah, Dialah satu-satunya yang berhak untuk disembah tanpa ada tandingan dan sekutu dengannya.
Allah berfirman:
وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاء وَيُقِيمُوا الصَّلاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
“Dan tidaklah berpecah belah orang-orang yang didatangkan Al kitab (kepada mereka) melainkan sesudah datang kepada mereka bukti yang nyata”. (Al-Bayyinah:4)
Sesungguhnya kehidupan kita seluruhnya –dengan apa yang ada di dalamnya dan siapapun yang ada di dalamnya- harus menyerahkannya hanya kepada Allah yang Maha Esa dan Maha Pemaksa, tidak melangkahkan satu kaki pun dan tidak bekerja dengan satu pekerjaanpun kecuali ada perasaan adanya Allah di hadapan kita, dan itulah yang dilakukan oleh generasi unik di masa awal dalam risalah yang kekal dan menjadi contoh yang paling kongkret dalam beribadah..
Ibadah mewariskan kemuliaan bukan kehinaan, kebanggaan bukan kesombongan, sehingga syiarnya adalah
نَحْنُ قَوْمٌ أَعَزَّنَا اللهُ بِالإِسْلاَمِ
“Kami adalah kaum yang telah dimuliakan Allah dengan Islam”
Adapun tugasnya adalah:
لَقَدْ ابْتَعَثْنَا اللهُ لِنُخْرِجَ النَّاسَ مِنْ عِبَادَةِ النَّاسِ إِلَى عِبَادَةِ اللهِ
“Allah telah mengutus kami untuk mengeluarkan manusia dari menyembah manusia menuju penyembahan hanya kepada Allah”.
Ibadah dapat menjadi dasar penegakan hukum dengan pondasi keadilan, persamaan, syura, menghormati hak dan menunaikan kewajiban, mewujudkan di dalamnya ungkapan Al-Faruq Umar bin Al-Khattab ra:
لاَ خَيْرَ فِيْكُمْ إِنْ لَمْ تَقُوْلُوْهَا، وَلاَ خَيْرَ فِيْهَا إِنْ لَمْ نَسْمَعْهَا
“Tidak ada kebaikan di dalam diri kalian jika kalian tidak mengucapkannya, dan tidak ada kebaikan di dalam ucapan tersebut jika kami tidak mendengarnya”.
Ibadah dapat melahirkan tanggung jawab individu dan jamaah dalam menjadi pemimpin dan yang dipimpin satu sama lain, tidak ada kesombongan dan tidak ada kezhaliman, tidak ada dengki dan tidak ada iri, semuanya bersatu di dalam ucapan Rasulullah saw:
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintakan pertanggungjawabannya”.
Ibadah juga terfokus pada tarbiyah dan menstabilkan nilai-nilai iman dan akhlaq sebagai asas untuk melakukan perubahan dan reformasi, mengarahkan umat, dan mampu menghadapi berbagai tantangan dan bahaya yang selalu dihadapi umat, serta mampu menumbuhkan kecerdasan dalam mengatur karakter pada bangsa dalam melakukan perubahan.
Bahwa ketika umat mampu mewujudkan hakikat ibadah dengan makna yang lebih luas dan pemahaman yang komprehensif, dan hanya Allah sebagai tujuan dan puncak dari segala keinginan; maka akan hilang dari hati-hati kita akan keinginan dunia semata, dan akan memberikan menempatkan dirinya untuk cinta kepada Allah dan apa yang telah dijanjikan-Nya kepada kita, dan oleh karenanya pula akan menampakkan nilai kehidupan yang sebenarnya… dan oleh karenanya pula akan mampu merubah kondisi dunia yang sedang terjadi saat ini, memuliakan Islam dan menguasai dunia seluruhnya, dan tentunya kita sama sekali tidak mendapat kemenangan dan keberuntungan bersama dengan makar Zionis, Arogansi Amerika, kedustaan dan tipu daya para munafikin, dan karenanya pula dunia akan menyaksikan cahaya Islam.
Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-hamba-Nya??
Jika kita tujukan akan posisi ibadah karena Allah dengan sebenarnya, dan melaksanakan hak kedudukan ini, dan setiap orang menjadi hamba karena Allah maka siapakah yang dapat menjaganya, melindunginya dan mencegahnya selain Allah?, siapakah yang mencukupkannya selain Allah?? Allah berfirman:
أَلَيْسَ اللَّهُ بِكَافٍ عَبْدَهُ
“Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-hamba-Nya”. (Az-Zumar:36)
Demikianlah, lalu siapakah yang ditakutinya?! Dan apakah ada yang ditakuti nya jika Allah bersamanya?! Dan kenapa kita tidak bertawakal kepada Allah padahal Dialah Allah pelindung kita dan pemberi petunjuk jalan-jalan kita.
Allah berfirman:
وَمَا لَنَا أَلاَّ نَتَوَكَّلَ عَلَى اللهِ وَقَدْ هَدَانَا سُبُلَنَا
“Mengapa Kami tidak akan bertawakal kepada Allah Padahal Dia telah menunjukkan jalan kepada Kami”. (Ibrahim:12)
Bahkan kita akan tetap bersabar atas berbagai fitnah dunia dan cacian dan siksaan orang-orang zhalim; karena tempat kita kembali adalah Allah, dan harapan kita hanya kepada Allah serta hanya kepada Allah pula kita bertawakal.
وَلَنَصْبِرَنَّ عَلَى مَا آذَيْتُمُونَا وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُتَوَكِّلُونَ
“Dan Kami sungguh-sungguh akan bersabar terhadap gangguan-gangguan yang kamu lakukan kepada kami. dan hanya kepada Allah saja orang-orang yang bertawakal itu, berserah diri”. (Ibrahim:12)
Bahwa sesungguhnya ketika hakikat ini telah terpatri dalam hati orang yang beriman maka segala urusannya telah selesai kepadanya, terputus berbagai perdebatan dan ketakutan dalam jiwa atau rezki
Allah berfirman:
Allah berfirman:
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا* وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ
“Barangsiapa bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya”. (At-Thalaq:2-3)
Dan terputus pula segala cita-cita kecuali hanya karena Allah.. Dialah yang telah mencukupkan segala keperluan hamba-hamba-Nya, dan seorang hamba yang benar tidak bertawakal kecuali kepada-Nya saja
قُلْ حَسْبِي اللَّهُ عَلَيْهِ يَتَوَكَّلُ الْمُتَوَكِّلُونَ
“Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. hanya kepada-Nya aku bertawakal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki ‘Arsy yang agung”. (At-Taubah:129).
Sebagaimana setiap hamba terpaksa harus kembali kepada-Nya dan juga sangat membutuhkan Allah sekalipun sekejap mata
وَتَوَكَّلْ عَلَى الْحَيِّ الَّذِي لاَ يَمُوتُ
“Dan bertawakallah kepada Allah yang hidup (kekal) yang tidak mati”. (Al-Furqan:58)
“Dan Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya”. (At-Thalaq:3)
Maka barangsiapa yang bertawakal hanya kepada Allah, maka cukuplah Allah yang memberikan kecukupan, mendukung dan menolongnya, dan barangsiapa yang bertawakal kepada selain Allah maka dirinya telah bertawakal kepada sesuatu yang akan mati dan sirna, bertawakal kepada sesuatu yang pasti mengalami kelemahan dan sakit dari segala penjuru dan arah, maka usahanya akan tersesat dan merugi apa yang diharapkan nya.
Hakikat tawakal
Dalam hadits nabi saw bersabda:
لو أنكم توكَّلون على اللّه حق توكله لَرزقكم كما يرزق الطير؛ تغدو خِماصًا وتعود بِطاناً
“Sekiranya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya, maka Allah akan memberikan rezki kepada kalian sebagaimana halnya burung yang diberikan rezki; pergi dalam keadaan kosong (lapar) dan pulang dalam keadaan penuh (kenyang).
Dari sini dapat dijelaskan bahwa tawakal yang benar harus diiringi oleh pelakunya untuk berbuat, sebagaimana firman Allah:
وَاتَّقُواْ اللّهَ وَعَلَى اللّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ
“Dan bertawakallah kepada Allah, dan hanya kepada Allah orang-orang beriman bertawakal”. (Al-Maidah:11).
Karena itu Allah mensandingkan tawakal dengan taqwa, yang mencakup untuk mencari sebab-sebab yang diperintahkan kepadanya, karena tawakal tanpa melakukan sebab-sebab yang diperintahkan adalah merupakan kepasrahan dan kelemahan semata, sekalipun bercampur dengan bagian dari tawakal, karena kita tidak boleh menjadikan tawakal sebagai kepasrahan dan kelemahan dan sebaliknya, namun hendaknya kita jadikan tawakal sebagai penyempurna terhadap berbagai ragam sebab yang tidak sempurna suatu tujuan kecuali dengannya.
Sudah dimaklumi bahwa sebab-sebab banyak memberikan keajaiban bagi orang-orang yang bertawakal hanya kepada Allah; api menjadi dingin dan memberikan keselamatan kepada nabi Ibrahim, laut –yang menjadi tempat yang mengerikan- menjadi sebab keselamatan bagi nabi Musa dan orang-orang yang bersamanya, namun juga tidak bolehkan meninggalkan sebab-sebab dengan alasan tawakal, sebagaimana tidak layak juga lemah dalam melakukan usaha dan upaya atau tunduk pada sebab-sebabnya saja, karena pencipta sebab Maha Kuasa untuk mengubahnya.
Sesungguhnya Islam menyeru pengikutnya untuk bertawakal sehingga dapat memancarkan potensi positif dalam jiwa manusia dan menapaki dengannya menuju langit kemuliaan dan keperkasaan..
Tawakal… menggunakan sebab-sebab dan menggelorakan keinginan..
Tawakal… mengikat dengan sebab-sebab dengan penyebabnya dan bergantung hanya kepada Allah dan kembali kepada-Nya.
Tawakal.. dapat mengarahkan manusia pada kebenaran akan keseimbangan yang terpuji dan yang dicita-citakan antara materi dan ruh.
Tawakal… dapat mendekatkan diri kepada Allah dan Allah ridha kepada kita.
Tawakal… merupakan prasyarat kemenangan dan kedudukan serta kekuasaan.
Tawakal tidak mewariskan tawaakal (berserah diri kepada Allah tanpa diiringi usaha)
Jika seluruh umat beribadah kepada Allah dengan sebenar-benarnya dan bertawakal kepada Allah sebenar-benarnya maka akan mampu mengubah seluruh kondisi yang terjadi, umat akan mampu bangkit untuk maju, memimpin untuk memberikan kebaikan, dan tidak akan mampu dikuasai oleh umat yang paling buruk di muka bumi ini; manusia dari kelompok kera, babi antek-antek mereka dan pengikut mereka, tidak mampu mengultimatum dengan perintah mereka, dan bumi ini tidak akan berada seperti ini, tidak akan tercabik-cabik kehormatan, dan tidak akan sampai urusan pada batas mengeluarkan keputusan untuk menangkap presiden yang berasal dari Arab dan muslim.
Bahwa apa yang kami maksud adalah umat kita saat ini yang sedang mengalami kekalahan jiwa dan spiritual sebelum mengalami kekalahan dari sisi materi; karena itu kita saat ini sangat membutuhkan untuk kembali kepada Allah dan manhaj-Nya.
Wahai umat Islam.. hanya kepada Allah saja orang-orang beriman bertawakal
Kita jadikan dari ayat ini sebagai manhaj hidup kita, dakwah kita dan harakah kita di tengah-tengah umat manusia.. dan kita jadikan sebagai syiar seluruh hidup kita.. dan berhati-hatilah untuk menjadikan diri kita sebagai penghalang kemenangan karena tidak mengikuti manhaj yang lurus ini… dan marilah kita hidup dalam kebersamaan dengan Allah.. bersungguh-sungguh melakukan ibadah secara benar dan ada perasaan diawasi oleh Allah dalam setiap gerak dan diam kita dan menjalin hubungan baik kepada-Nya; karena sesungguhnya hanya Allah penolong dan pelindung kita.
Dan Allah Maha Besar dan segala puji hanya milik Allah.
Shalawat dan salam atas nabi kita Muhammad saw beserta keluarga dan para sahabat semua.
Dan segala puji hanya milik Allah, Tuhan semesta alam.
Wallohu'alam,
Muhammad Mahdi Akif