Ingatan saya melompat ke sudut masjid di Simpang Lima Semarang lebih dari 11 tahun lalu. Saat itu, rasa galau menghinggap di hati ini. Setelah lulus kuliah tahun 2005, saya bersama kawan-kawan menjalankan sebuah bisnis tour and travel. Dari bisnis itu, saya bisa memperoleh omset puluhan juta per bulannya.
Islamedia - Ingatan saya melompat ke sudut masjid di Simpang Lima Semarang lebih dari 11 tahun lalu. Saat itu, rasa galau menghinggap di hati ini. Setelah lulus kuliah tahun 2005, saya bersama kawan-kawan menjalankan sebuah bisnis tour and travel. Dari bisnis itu, saya bisa memperoleh omset puluhan juta per bulannya.
Namun, ada yang mengganjal di hati. Setahun kemudian, sepenggal 2006, usai shalat zuhur saya berdoa dengan khusyuk. Mengapa omset puluhan juta yang didapat selama ini tak memberikan kebahagiaan? Ada rasa hampa yang sulit dijelaskan. Belum lagi masalah yang datang bertubi-tubi.
Siang itu, saya pasrahkan kepada Allah, berdoa dan meminta petunjuk agar Allah memberikan ketenangan dan jalan keluar. Usai shalat dan berdoa, saya keluar masjid dan membaca sebuah selebaran.
Saya lihat lamat-lamat, rupanya ada tawaran menjadi relawan dan Zis konsultan Rumah Zakat.
Saya berpikir, apakah ini jawaban atas doa tadi yang saya baca? Apakah ini kebetulan? Saya mantapkan hati, detik itu, bismillah, saya bergabung menjadi relawan dan konsultan Zakat Infak Sedekah (ZIS) Rumah Zakat.
Kalau dipikir-pikir, bukankah bisnis dengan omset besar harusnya yang saya pilih? Tapi inilah jalan yang saya pilih, saya menjadi relawan dan Zis konsultan Rumah Zakat. Setelah saya bergabung menjadi relawan, konsultan ZIS dan meniti karir dari nol, justru yang saya rasakan adalah keberkahan!
Tak pernah terpikir bahwa saya akan memimpin nahkoda Rumah Zakat dengan menyandang CEO. Semuanya saya jalani dengan dua keyakinan bahwa saya ingin berbuat sebaik-baiknya dan bermanfaat untuk orang lain, sekecil apapun.
Maka terlakonlah mulai dari relawan, konsultan ZIS (2006), Branch Manager Surabaya (2007) Head of Region Jawa Tengah (2008), Chief Retail Funding Officer (2009-2010), Chief Program Officer hingga Chief Executive Officer hampir 6 tahun hingga sekarang.
Dan kini, tak terasa 11 tahun saya sudah membersamai 19 tahun Rumah Zakat. Tiada kata kecuali Alhamdulillah, semoga kami bisa menjalankan amanah ini dengan sebaik-baiknya.
Sebab, hanya ada dua tujuan yang menguatkan kami. Pertama, semata-mata karena ingin mencari keberkahan, ridha dan bekal bertemu Allah dalam mengemban tugas ini. Kedua, Rumah Zakat berikhtiar untuk menyelamatkan umat dari kekafiran akibat kefakiran. Inilah yang mebuat kami terus menjaga amanah umat selama 19 tahun.
Bertransformasi
Tak pernah terbayangkan Rumah Zakat yang awalnya sepetak pengajian di sudut Turangga Bandung kini menjelma sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional, bahkan sekarang Rumah Zakat sedang menuju lembaga filantropi Internasional yg menjadi model pemberdayaan dunia.
Pemandangan Indonesia saat krismon tahun 1998 sungguh menyayat hati. Dari petak ruang mengaji, apakah yang bisa dilakukan untuk membuat kaum ibu tersenyum melihat anaknya sekolah? Para anak yang kehilangan senyumnya?
Karenanya, sejak saat itu dengan hal sederhana, mengembalikan senyum anak negeri, Rumah Zakat terus bergerak ke pelosok-pelosok, kampung-kampung kota, bertransformasi menjadi Lembaga Filantropi yang terus tumbuh. Perubahan dan inovasi terus kami lakukan. Karena kami terus berkembang, kami ingin Lembaga ini tumbuh menjadi lembaga amanah dan professional.
Maka, terjadi transformasi dari lembaga tradisional menjadi lembaga profesional (2006), Rebranding dari Rumah Zakat Indonesia menjadi Rumah Zakat (2010) dan Menggabungkan 2 transformasi sebelumnya budaya dan brand dari Profesional Lembaga ke Entrepreunerial Institusi (2017). Rumah Zakat hadir dengan semangat dan wajah baru, hal ini membuat masyarakat semakin percaya kepada Rumah Zakat.
Program-program senyum terus digalakan seperti bidang pendidikan dengan Sekolah Juara di 18 tempat dengan penerima manfaat hingga puluhan ribu anak. Belum lagi di bidang kesehatan, lingkungan dan pemberdayaan masyarakat serta program desa berdaya yang sekarang memiliki 1.081 desa berdaya di seluruh Indonesia.
Di Bidang kemanusiaan, para relawan yang tak kenal lelah telah menyelusup hingga kampung-kampung, bahkan mancanegara seperti Myanmar, Filipina, Suriah, Somalia, Nepal, Palestina.
Syukur Alhmadulillah, beberapa penghargaan datang tanpa diduga, karena kesungguhan para relawan, amil dan amanah dari umat yang kami kelola. Pada tahun 2010, Rumah Zakat menerima penghargaan sebagai LAZ terbaik.
Meraih sertifikasi ISO 9001:2008 ketepatan distribusi zakat. Ada pula penghargaan sebagai #1 Champion Indonesia Original Brand 2016 dalam ajang penghargaan majalah SWA. Ajang penghargaan oleh Majalah SWA ini diberikan kepada brand lokal terkemuka di Indonesia yang menjadi pilihan utama konsumen dan telah menguasai pasar di Indonesia. RZ layak menerima penghargaan ini karena telah memenuhi survey atas berbagai parameter penilaian yakni satisfaction, loyalti, advocacy, dan foreign local comparison.
Belum lama, Rumah Zakat pun mendapat pengakuan dan terdaftar sbg special konsultatif ECOSOC oleh PBB sebagai lembaga filantropi yang diakui di ranah global. Walhasil, kami berharap ke depan, Rumah Zakat terus berkiprah bahkan hingga mancanegara, menebar manfaat untuk segenap umat dan semesta.
Tahniah, 19 Tahun Rumah Zakat, semoga semakin bermanfaat untuk umat. Seperti yang sabdakan manusia terbaik, suri tauladan kita,”Sebaik-baiknya manusia, ialah manusia yang bermanfaat bagi yang lain.”
Terimakasih kepada para pendiri wabil khusus Ust Abu Syauqi, amil, relawan, donatur dan setiap orang yang telah mendukung dan bersama Rumah Zakat, Semoga Allah selalu berikan keberkahan dan kebaikanNya
Mohon doanya Rumah Zakat terus amanah dan profesional. Semoga setiap kita senantiasa memberikan karya dan amal terbaik.